Selasa, 16 Februari 2016
~Belajar Dari Seorang Khalid Bin Walid~
“Hari ini adalah hari-hari Allah, tak pantas kita di sini berbangga-bangga dan berbuat durhaka.....Ikhlaskanlah jihad kalian, dan harapkan Ridlo Allah dengan perangmu! Mari kita bergantian memegang pimpinan, yaitu secara bergiliran. Hari ini salah seorang memegang pimpinan, besok yang lain, lusa yang lain lagi, sehingga seluruhnya mendapat kesempatan memimpin…!”(Khalid Bin Walid), Sang Pedang Alloh, kala itu berpidato di depan pasukannya sebelum bertempur melawan pasukan Romawi di Syiria(perang yarmuk).
Pribadi yang mengaku tidak tahu dimana dan dari mana kehidupannya bermula, kecuali di suatu hari dimana ia berjabat tangan dengan Rasulullah saw, berikrar dan bersumpah setia….saat itulah dia merasa dilahrikan kembali sebagai manusia “Dialah orang yang tidak pernah tidur, dan tidak membiarkan orang lain tidur.”
Di tengah-tengah pertempuran sengit itu berlangsung, ada salah seorang dari tentara muslim yang mendekati Abu Ubaidah bin Jarrah, sambil berkata, “Aku sudah bertekad untuk mati syahid, apakah anda mempunyai pesan penting yang bisa kusampaikan kepada Rasulullah saw, jika aku menemuinya nanti?” Abu Ubaidah menjawab, “Ada, sampaikan kepada beliau, Ya Rasululullah, sesungguhnya kami telah menemukan bahwa apa yang telah di janjikan Allah, memang benar!”
Ikrimah Abu jahal, anak Abu Jahal. Ia berseru kepada barisan tentara orang-orang Islam, pada saat tekanan tentara Romawi semakin berat, dengan suara lantang, dia berkata, “Sungguh aku telah lama memerangi Rasulullah di masa lalu, sebelum aku mendapat hidayah dari Allah, masuk Islam. Apakah pantas aku lari hari ini, dari musuh-musuh Allah ini?” sambil berteriak ia berseru kepada pasukan Muslim, “Siapa yang bersedia dan berjanji untuk mati?”
Khalifah Umar bin Khattab pernah berkata, “Tak ada seorang wanita pun yang akan sanggup melahirkan lagi laki-laki seperti Khalid.” Ia adalah pribadi yang sering dilukiskan oleh para sahabat-sahabat maupun musuh-musuhnya, dengan: “Orang yang tidak pernah tidur, dan tidak membiarkan orang lain tidur.”
Suatu saat Khalid pernah berkata: “Tak ada yang dapat menandingi kegembiraanku, bahkan lebih pada saat malam pengantin, atau di saat dikaruniai Bayi, yaitu suatu malam yang sangat genting, dimana aku dengan ekspedisi tentara bersama orang-orang Muhajirin menggempur kaum musyrikin di waktu subuh.
”Ada sesuatu yang selalu merisaukan pikirannya sewaktu masih hidup, yaitu kalau-kalau ia mati di atas tempat tidur, padahal ia telah menghabiskan seluruh usianya di atas punggung kuda perang dan dibawah kilat pedangnya. Ketika itu ia berkata: “Aku telah ikut serta berperang dalam pertempuran di mana-mana, seluruh tubuhku penuh dengan tebasan pedang, tusukan tombak serta tancapan anak panah…….kemudian inilah aku, tidak seperti yang aku inginkan, mati di atas tempat tidur, laksana matinya seekor unta.
”Sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir, ia berwasiat kepada Khalifah Umar, agar Khalifah mewakafkan harta kekayaan yang ia tinggalkan, yang berupa Kuda dan Pedangnya. Selebihnya tidak ada lagi barang berharga yang dapat dimiliki oleh orang. Seumur hidupnya ia tak pernah dipengaruhi oleh keinginan, kecuali menikmati kemenangan dan berjaya mengalahkan musuh kebenaran. Tak satupun kesenangan duniawi yang dapat mempengaruhi keinginan nafsunya, kecuali hanya satu, yaitu barang yang dengan sangat hati-hati sekali dan mati-matian ia menjaganya. Barang itu berupa Kopiah. Pernah suatu ketika, kopiah itu jatuh dalam perang Yarmuk. Ia bersama beberapa pasukannya dengan susah payah mencarinya. Ketika orang lain mencelanya karena itu, ia berkata, “Di dalamnya terdapat beberapa helai rambut dari ubun-ubun Rasulullah saw”.
Di saat jenazahnya di usung beberapa sahabat keluar dari rumahnya, sang ibu memandangnya dengan kedua mata yang bercahaya memperlihatkan kekerasan hati tapi disaput awan duka cita, lalu melepaskannya dengan kata-kata:
Jutaan orang tidak dapat melebihi keutamaanmu….
Mereka gagah perkasa tapi tunduk di ujung pedangmu…
Engkau pemberani melebihi Singa Betina…..
Yang sedang mengamuk melindungi anaknya……
Engkau lebih dahsyat dari air bah…..
Yang terjun dari celah bukit curam ke lembah……
Rahmat Allah bagi Abu Sulaiman,
Apa yang ada di sisi Allah lebih baik daripada yang ada di dunia
Ia hidup terpuji, dan berbahagia setelah mati…..
#KhalidBinWalid
#ParaSahabat
#PasukanTentaraKaumMuslim
#KIsahParaTentaraAlloh
#PelajaranYangBerhargaMahal
Senin, 15 Februari 2016
~Kembalilah Selalu~
Jika saat ini kau merasa sangat jauh. Lelah berjalan,menapaki setiap tapak mu di bumi.
Jika saat ini hanya peluh membersamai di setiap episode ceritamu,
jika saat ini kau hilang arah dan pijakan, kau berbuat namun tak pernah mengerti kenapa kau berbuat.
Kau hidup namun tak pernah mengerti kenapa kau hidup, untuk apa kau hidup? akan kemana kau setelah hidup.
Dan seakan kau ingin berhenti saja cukup untuk hidup yang tak perna jalas arah dan tujuannya.
Maka wahai jiwa-jiwa yang gusar ‘pencari kebenaran’ tenanglah !.
Tak maukah kau kembali, kembali dekat pada yang menghadirkanmu di bumi, kembali menuju-Nya yang hakiki,
kembali dalam arahan dan tuntunan-Nya, kembali kepada Alloh SWT.
Maka cukup kembalilah segera dengan tak sedikit pun membawa keraguan.
~HujanSenja~
~Risau Rasa~
Di tengah semangat mereka mengipas-ngipas senyum kesungguhannya dalam mengarungi jalan ini. Tak ada nampak wajah lugu berbulu tipis halus, yang sayup oleh matanya. Kamu dimana ? dalam hati selalu saja berbisik menacari-carimu. Apa yang belum bisa membuatmu seperti mereka dulu yang juga adalah pengguna jalan ini. Kenapa kau tak begitu tertarik rasanya. Yah, saya bukanlah sang penilai amalan-amalan seseorang. Namun ingin ku desah saja rasa yang sedikit senduh ketika kau tak ikut berjumul dalam pergulatan ini. Pergulatan pembuktian rasa iman yang katanya sudah kau miliki bulat, sudah kau ikrarkan. Masih kah kau ragu? Apa yang membuat mu takut? untuk tak menjadi pengguna jalan yang hebat. Atau ada proses indah yang senyap kau persiapkan. Ah, sungguh rasa senduh ini tak bisa ku elak. Selalu dalam doaku mengaharapkan mu teguh bersama, bersama mereka untuk tetap dan tak bergeming sedikit pun berdiri di sini, sebagai pengawal penggerak dan pembebas. Lalu Bagaimana mungkin itu, ketika untuk mengisi kekuatan hal kecil yang di suapkan kepada kita Kamu enggan-enggan, selalu saja kau tak menjadi orang-orang dalam antrian, saat setiap orang beramai-ramai, berlomba-lomba menggapainya. Dimana kamu ? saat kau tak nampak,apa yang sedang kau lakukan ? Tentang kamu yang selalu ku harapkan, untuk tidak takut melawan 'keterbatasan'.
~HujanSenja~
Minggu, 14 Februari 2016
Hujan tak perlu mendengarmu...
Seperti rinai yang terus saja tumpah, tanpa peduli kau suka ia atau tidak, kau menginginkannya atau tidak,kau mengharapkan kehadirannya atau tidak, ia tak perlu mendengarmu. Kau benci guyurannya, tak menghentikannya, ia tak butuh responmu untuk redah atau semakin deras. Karena sang empunya inginkan ia meluruh. Maka
HUJAN tak perlu mendengarmu.Yang penting baginya adalah titah sang empunya yang menciptanya menjadi Hujan..
HUJAN tak perlu mendengarmu.Yang penting baginya adalah titah sang empunya yang menciptanya menjadi Hujan..
~Bulan Memeluk~
....Mengibas purnama dimalam temaram, apa yang diimpi oleh malam kan jatuh pada pelupuk fajar.
Semua berjalan dengan rotasi waktu tanpa sepoi,
....dan peluk hangat purnama mendekap hingga lelap tak terduga ketika itu kau membersamai ,
jangankan senyum hatiku pun terbahak bahagiah. Adakah yang lebih manis dari itu ?.
....Ketika mata ku buka senyum manis mu menyahutku .
Ahh, tetaplah disitu dekat denganku jangan menjauh,
ingin ku urai kata-kataku yang mesra,
duduklah dan dengarkanku dulu.
sebab jika kau berlalu, pasti aku rindu.
~HujanSenja~
~Dikala Hujan~
...Saat hujan merintik-rintik...
'Orang' : Yah, Kok g' pake payung,jaket atau mantel? nanti basah kuyup. loh !.
Saya : Ah, g' apa-apa kok, paling basah sedikit. :).
'Orang' : Ini, pake jaket ! *sambil mnyodorkan jaketnya*.
Saya : hm, kamu pake apa?.
'Orang' : Aku pake payung. sini!*mencoba mengenakan jaketnya di tubuhku*.
Saya : Hmm, g' usah. Aku g' apa-apa nanti kamu kedinginan, ini! *menyerahkan jaketnya kembali. Terimakasih yah, lagiyan hujannya cuman gerimis kok, dan dia air bukan batu. *nyeletuk dalam hati*....Lalu berlalu...
Aku bergumam dalam diam, "Kenapa aku harus menghindar dari sesuatu yang begitu amat aku sukai? Kenapa aku harus melindungi diri dari sesuatu yang amat aku cintai? kenapa aku harus takut basah oleh sesuatu yang aku bahagiah ketika ia datang menghampiri? dan Bagaimana mungkin Aku bersembunyi ketika ia terjatuh? *sambil menata-natap hujan* Aku senang Kok,Aku mencintainya. Hujan adalah rahmat Tuhan, iya kan?
Dan bagiku segala apa-apa yang berasal dariNYA, ketentuan dan ketetapanNYA, layak kah aku tak suka, menolak,menghindar dan tak mau menerima? kiranya, sungguh itu tak patut.
~HujanSenja~
Langganan:
Postingan (Atom)